BAB I
PENGERTIAN DAN PEMIKIRAN FILSAFAT
1.
Pengertian
Filsafat Ilmu
Pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin
tahu, kepastian dimulai
dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafat
didorong untuk mengetahui
apa yang telah
kita tahu dan apa
yang kita belum
tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah
kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini (Jujun, 2009)
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu
philosophy, adapun dari bahasa yunani:
philosophia
yang terdiri dari philos (cinta) atau
philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan sophos (hikmah,
kebijaksanaana,pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang
dalam bahasa Arabnya disebut failasuf.
Harun Nasution mengatakan bahwa kata
filsafat berasal dari bahasa Arab falsafa
dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution,
kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf. Menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berasal kata
Arab falsafah dan bukan dari kata
Inggris philosophy. Harun Nasution
mempertanyakan apakah kata fil berasal
dari bahasa Inggris dan safah diambil
dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan keduanya, yang kemudian
menimbulkan kata filsafat.
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah
filsafat berasal
dari bahasa Arab
karena orang Arablah yang
lebih dulu datang
dan sekaligus mempengaruhi bahasa
Indonesia dari pada orang Inggris.
Oleh karena itu,
dia konsisten menggunakan
kata falsafat, bukan filsafat. Buku - bukunya mengenai
“filsafat” ditulis
dengan falsafat, seperti Falsafat Agama dan Falsafat serta Mistisisme dalam
Islam.
Adapun beberapa pengertian pokok
tenteng filsafat menurut kalangan filosof adalah:
1) Upaya spekulatif
untuk menyajikan suatu
pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh realitas.
2) Upaya untuk melukiskan hakikat
realitas akhir dan dasar serta nyata.
3) Upaya untuk
menentukan batas- batas dan
jangkauan pengetahuan ; sumber, hakikat, keabsahan dan nilainya.
4) Penyelidikan kritis
atas pengandaian- pengandaian dan pernyataan- pernyataan yang diajukan
oleh berbagai bidang pengetahuan.
5) Disiplin ilmu
yang berupaya untuk
membantu Anda melihat
apa yang Anda
katakan dan mengatakan apa yang
Anda lihat.
A.
Definisi Filsafat Menurut Beberapa
Ahli
a)
Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan
kenyataan atau kebenaran absolut(keduanya sama dalam pandangannya), lewat
“dialektika”.
b)
Aristoteles
(384-332 SM), tokoh
utama filosof klasik, menyatakan bahwa
filsafat menyelidiki sebab dan
asas segala terdalam dari wujud. Karena itu, ia menanamkan filsafat dengan
“teologi” atau “filsafat pertama”. Dia sampai pada kesimpulan bahwa
setiap gerak di alam ini digerakkan oleh yang lain. Karena itu, perlu menetapkan
satu penggerak pertama yang menyebabkan gerak itu, sedangkan dirinya sendiri
tidak bergerak. Penggerak pertama ini sama sekali terlepas dari materi; sebab
kalau ia materi, maka ia juga mempunyai potensi gerak. Allah, demikian Aristoteles,
sebagai penggerak Pertama adalah Aktus Murni. Dan ia adalah salah seorang
filosof Yunani kuno yang mengatakan
bahwa filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, dan kadang-kadang disamakan
dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi).
c)
AlFarabi (W 950 M), seorang filosof Muslim terbesar sebelum
Ibnu Sina berkata,” Filsafat ialah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikatnya yang
sebenarnya.”
B.
Karakterristik
Berfikir Seorang Filsafat
Ada
tiga karakteristik berpikir
filsafat yang pertama
adalah sifat menyeluruh. Yang
kedua adalah sifat
mendasar. Yang ketiga
adalah sifat spekulatif. Bidang Telaah
Filsafat selaras dengan dasarnya yang
spekulatif, maka dia menelaah
segala masalah yang mungkin
dapat dipikirkan oleh manusia.
Sesuai dengan fungsinya menjawab
sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal
yang pokok: terjawab
masalah yang satu,
diapun mulai merambah pertanyaan lain (Jujun, 2009)
C.
Cabang - cabang Filsafat
Cabang - cabang filsafat antara lain:
1.
Epistemologi (Filsafat
pengetahuan);
2.
Etika (Fisalfat
moral);
3.
Estetika
(Filsafat seni);
4.
Metafisika ;
5.
Politik (Filsafat
pemerintahan);
6.
Filsafat Agama ;
7.
Filsafat ilmu ;
8.
Filsafat
pendidikan ;
9.
Filsafat Hukum ;
10. Filsafat sejarah ;
11. Filsafat matematika. Pokok permasalahan yang dikaji
filsafat mencakup tiga segi, yakni : 1. Logika (apa yang disebut benar dan apa
yang disebut salah). 2. Etika (mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap
buruk). 3. Estetika (apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek)
Filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemology (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mempunyai
cirri - ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak
membedakan antara ilmu - ilmu alam dengan ilmu - ilmu sosial,
namun karena permasalahan - permasalahan teknis
yang bersifat khas, maka
filsafat ilmu sering
dibagi menjadi filsafat
ilmu - ilmu alam dan filsafat
ilmu - ilmu sosial. Filsafat ilmu merupakan
telaahan secara filsafat
yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat
ilmu seperti:
1)
Ontologi
Obyek
apa yang ditelaah
ilmu? Bagaimana wujud
yang hakiki dari
obyek tersebut? Bagaimana hubungan
antara obyek tadi
dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
2)
Epistemologi
Bagaimana proses
yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal - hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar?
Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah
kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu.
3)
Aksiologi
Untuk
apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut
dengan kaidah - kaidah moral? Bagaimana penentuan
obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan - pilihan moral? Bagaimana
kaitan antara teknik
prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma - norma
moral/professional (Jujun, 2009)
BAB II
PENALARAN,
LOGIKA DAN SUMBER PENGERTAHUAN
2.
Penalaran
Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang
paling sempurna dibandingkan makhluk
hidup lain (hewan dan tumbuhan),
sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia. Manusia dalam kehidupannya
memerlukan pengetahuan, karena
manusia mempunyai sifat rasa ingin tahu tentang sesuatu, dan rasa
ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke
waktu, juga untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia yang
selalu berubah dan meningkat.
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan
dengan kegiatan berpikir
dan bukan dengan perasaan, tetapi
tidak semua kegiatan
berpikir menyandarkan diri
pada penalaran. Jadi penalaran adalah
kegiatan berpikir yang
mempunyai karakteristik tertentu
dalam menemukan kebenaran.
Sebagai suatu kegiatan
berpikir maka penalaran mempunyai
cirri - ciri tertentu, yaitu :
a)
Adanya suatu
pola berpikir yang secara luas disebut logika.
b)
Proses
berfikirnya bersifat analitik
Penalaran merupakan
suatu proses berpikir
yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka
proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Perasaan adalah suatu
penarikan kesimpulan yang
tidak berdasarkan penalaran. Intuisi adalah
suatu kegiatan berpikir
yang nonanalitik yang
tidak mendasarkan diri pada pola
pikir tertentu.
3.
Logika
Suatu
penarikan kesimpulan baru
dianggap sahih (valid)
kalau proses penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan menurut
cara tertentu. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut
logika. Secara lebih
luas logika didefinisikan sebagai
“pengkajian untuk berpikir sacara sahih”.
Cara penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran
ilmiah, yaitu logika
induktif dan logika deduktif. Logika induktif merupakan
penarikan kesimpulan dari
kasus - kasus individual nyata (khusus) menjadi
kesimpulan yang bersifat
umum, sedangkan logika
deduktif merupakan penarikan kesimpulan
dari hal yang
bersifat umum menjadi
kasus yang bersifat individual
(khusus). Penarikan kesimpulan secara
deduktif menggunakan pola berpikir
silogisme. Disusun dari
dua buah pertanyaan
dan sebuah kesimpulan.
4.
Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari :
1. Pengalaman;
2. Wahyu;
3. Otoritas;
4. Berpikir deduktif;
5. Berpikir induktif;
6. Metode ilmiah.
Pada
dasarnya terdapat dua
cara yang pokok
bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar. Yang
pertama adalah mendasarkan
diri kepada rasio dan
yang kedua mendasarkan
diri kepada pengalaman.
Kaum rasionalis
mengembangkan paham apa
yang kita kenal
dengan rasionalisme sedangkan
mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut
dengan empirisme.
Kaum rasionalis
beranggapan bahwa pengetahuan
didapatkan lewat penalaran rasional
yang abstrak sedangkan kaum
empirisme pengetahuan manusia didapatkan
lewat bukti konkret.
Selain rasionalisme dan
empirisme masih terdapat cara
untuk mendapatkan pengetahuan
yaitu intuisi dan
wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Suatu masalah
dalam pikiran namun
menemui jalan buntu,
tiba - tiba saja muncul di
benak kita yang
lengkap dengan jawabannya
dan kita merasa yakin
bahwa itulah jawabannya
namun kita tidak
bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai ke sana Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi
dan rasul - rasulnya.
5.
Kriteria Kebenaran
1)
Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu pernyataan
dianggap benar bila pernyatan itu bersifat
koheren atau konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Ahli
filsafat yang mengembangkan teori
koherensi, diantaranya Plato (427 - 347 SM) dan Aristoteles (384 - 322
SM).
2)
Teori Korespondensi
Menurut
teori korespondensi suatu
pernyataan adalah benar
jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu
berkorespondensi dengan obyek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Ahli filsafat
dalam aliran ini adalah Bertrand Russel (1872 - 1970).
3)
Teori Pragmatis
Menurut teori ini, kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis. Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Piece (1839 - 1914).
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010.
Rapar,Jan
Hendrik. Pengantar Filsafat,Yogyakarta:
Kanisius,1996.
S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu:
Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009.